Selasa, 22 Desember 2015


Tragedi Taman Getsemani

Izhar Ilyas Sinaro Alam


Setidaknya tersebab kelahiran Yesus Kristus atau dalam Islam disapa Al Masih Putra Maryam yang tidak lazim, maka kita melihat timbul tiga sikap kontras umat beragama terkait kerasulanNya. Di satu pihak, umat Yahudi sangat mencerca dan melaknat diriNya. Sementara di pihak lain, umat Nasrani terlalu “mendewakan” sampai mempertuhankanNya. Di sisi lain pula, sebagaimana telah difirmankan dalam Al Quran, umat Islam terlihat positif menyikapi kerasulanNya.

Dalam konteks demikian, untuk memproyeksikan berbagai fenomena di atas, penulis akan mengemukakan sebuah tragedi yang terjadi pada diri Yesus Kristus di Taman Getsemani. Dari peristiwa tersebut kita melihat bagaimana kegeraman orang Yahudi terhadap Yesus Kristus. Sementara di sisi lain kita juga akan melihat tentang bagaimana absurd atau tidak masuk akalnya ketuhanan Yesus Kristus sebagaimana diimani umat Nasrani.

Bagi yang pernah berkunjung ke Yerussalem dan terlebih pernah menginjakkan kaki ke Taman Getsemani, tulisan ini tentu akan mengingatkan mereka ke lokasi itu. Sementara bagi yang belum pernah ke sana, untuk mengetahui posisi Taman Getsemani, dapat melihat peta kota Yerussalem zaman Perjanjian Baru.

Sekedar untuk penghayatan sekilas berkenaan Taman Getsemani, mari kita simak penjelasan Prof. Dr. J.H.Bavinck dalam bukunya Sejarah Kerajaan Allah jilid 2, PT BPK Gunung Mulia Jakarta, tahun 1990, di halaman 565 beliau menjelaskan: “Jalan ke lembah sungai Kidron menurun kira-kira 60 meter ke bawah, lalu naik lagi ke seberang, kemudian terus mendaki ke lereng Bukit Zaitun. Tidak berapa jauh lagi ada simpang dua. Jalan yang besar menuju Betania, menyusur Bukit Zaitun dari sebelah selatan, sedang jalan yang kecil dan curam melintasi puncak bukit itu melalui Betfage. Dekat simpang dua itu ada sebuah taman zaitun yang bernama Getsemani”.
             
Seperti dikisahkan keempat penulis Injil; Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, pada suatu saat Yesus Kristus bersama beberapa orang muridNya sampai atau berada di Taman Getsemani. Suasana atau kondisi ketika itu adalah saat-saat Yesus Kristus akan ditangkap sesuai perencanaan imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi yang telah lama merancang penangkapan tersebut.

Dalam kaitan demikian, sesuai judul tulisan, Tragedi Taman Getsemani, penulis lebih memilih mengutip Injil Lukas ketimbang ketiga Injil lainnya. Karena ketragedian itu lebih dirasakan pada Injil Lukas dibanding apa yang disuguhkan dalam Injil Matius atau Injil Markus dan atau Injil Yohanes (bold dan italic dalam kutipan ayat dari penulis).
             
Pada Pasal 22 ayat 39-44, Lukas dalam Injilnya menjelaskan: “Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-muridNya juga mengikuti Dia. Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam percobaan,” Kemudian ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa, kataNya: Ya Bapaku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari padaKu; tetapi bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMulah yang terjadi.” Maka seorang Malaikat dari langit menampakkan diri kepadaNya untuk memberi kekuatan kepadaNya. Ia sangat ketakutan dan makin sungguh-sungguh berdoa. Peluhnya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.”
             
Dari paparan Alkitab di atas, kita benar-benar merasakan bagaimana resah, gelisah dan gundahnya Yesus Kristus ketika itu. Dia berdoa dalam himpitan ketakutan yang amat luar biasa. Lalu, dalam suasana seperti itu, tiba-tiba muncul seorang Malaikat dari langit menampakkan diri untuk memberi kekuatan kepadaNya. Begitu tragisnya, Lukas kemudian menjelaskan bahwa peluhnya seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.
             
Di ketika itu, memang hanya doa kekuatan yang bisa dipergunakan. Dalam keniscayaan demikian, setelah membaca Injil Lukas di atas, ada baiknya kemudian kita menyimak Injil Matius dan Injil Markus.  Sementara kita tidak perlu melihat Injil Yohanes karena ihwal Yesus Kristus berdoa tersebut tidak tertulis di dalamnya.
             
Matius dalam Pasal 26 ayat 39-44 menjelaskan: “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: “Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Setelah itu Ia kembali kepada murid-muridNya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: “Ya BapaKu, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!” Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat. Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga”.
             
Sementara dalam Injil Markus, Pasal 14 ayat 36–39, kita membaca bahwa Yesus Kristus selain berdoa juga sangat berharap kepada murid-muridNya: “Katanya: “Yaa Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagiMu, ambillah cawan ini dari padaKu, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki.” Setelah itu Ia datang kembali dan mendapati ketiganya sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: “Simon, sedang tidurkah Engkau? Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam percobaan; roh memang penurut, tetapi daging lemah.” Lalu Ia pergi lagi dan mengucapkan doa yang itu juga.”
             
Begitulah, dalam kondisi yang sangat mencekam. Di saat Yesus Kristus resah ke sana ke mari, berlutut untuk berdoa dan berdoa, sementara para muridNya tidur, mereka terlihat acuh tak acuh akan kegundahanNya. Lalu secara sangat tiba-tiba, ketika Yesus sedang berbicara kepada murid-muridNya, terjadilah penangkapan atas diriNya, yang dilakukan serombongan orang yang membawa pedang dan pentung. Salah seorang dari mereka terlihat Yudas Iskariot yang berkhianat terhadap diriNya.
             
Seperti apa kejadian yang terjadi pada saat itu serta apa yang melatar belakangi kejadian tersebut, sekelumit mari kita simak Injil Yohanes Pasal 18 ayat 12-14, petikannya: “Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelengu Dia. Lalu mereka membawaNya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar; dan Kayafaslah yang telah menasehatkan orang-orang Yahudi: “Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.”
             
Menangkap makna nasehat Kayafas kepada orang-orang Yahudi yang sangat keras dan tegas itu, hal tersebut menunjukkan bahwa dari sudut keyahudian, keberadaan Yesus Kristus dengan missi yang dibawaNya benar-benar merupakan petaka bagi umat Yahudi.
             
Sementara di sisi lain, melalui tragedi Taman Getsemani yang sangat mencekam tersebut, ditilik dari sudut keilahian, sebagaimana diimani umat Nasrani, dapatkah dipercaya bahwa Yesus Kristus Tuhan.

Memetik hikmah dari peristiwa di atas, sebagai mukmin, semoga kita semakin tercerahkan atas kebenaran firman Allah Swt dalam Surat Al Maidah ayat 74, artinya: “Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya biasa memakan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahli Kitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (oleh keinginan mereka)”. Wallahua’lam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar