Minggu, 13 Maret 2011

Tidak Tertebus

SEKECIL apapun dosa yang kita lakukan pada kehidupan dunia ini, lalu bila tersebab dosa yang kecil itu kita dimasukkan ke dalam neraka jahanam, maka dosa yang bagaimanapun kecilnya itu tidak akan pernah tertebus kendati kita mempunyai dan menebusnya dengan kekayaan sepenuh dunia.

Terkait hal demikan, Allah SWT berfirman, artinya: “Dan kalau setiap orang yang zalim itu (mempunyai) segala apa yang ada di bumi, tentu dia menebus dirinya dengan itu, dan mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu. Kemudian diberi keputusan di antara mereka dengan adil dan mereka tidak dizalimi. Ketahuilah, sesungguhnya milik Allah-lah apa yang ada di di langit dan di bumi. Bukankah janji Allah itu benar? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (QS Yunus: 54 – 55) *Izhar Ilyas

Jumat, 11 Maret 2011

Tiga Perkara

ANALOG dengan dunia kerja, keselamatan pekerja akan sangat tergantung kepada sejauh mana si perkerja tersebut mampu memelihara hubungan baik dengan majikannya. Begitulah, pada konteks yang lebih makro, makhluq harus mampu memelihara apa yang disukai dan dibenci Sang Khaliq. Terkait demikian, dari Abu Hurairah r.a katanya Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah menyukai bagimu tiga perkara dan membenci tiga perkara. Yang disukaiNya: 1. Hendaklah engkau sembah Dia dan jangan dipersektutukan dengan sesuatu apapun. 2. Hendaklah kamu semua berpegang teguh dengan agamaNya. 3. Hendaklah kamu jangan berpecah belah. Adapun yang dibenciNya: 1. Banyak desas desus. 2. Banyak bertanya. 3. Menyia-nyiakan harta (membelanjakan harta tidak sesuai dengan ketentuan agama dan pemboros)”. (Hadits Shahih Muslim: 1696) *Izhar Ilyas

Rabu, 09 Maret 2011

Kejadian Manusia

SEBELUM ilmu kedokteran berbicara tentang proses kejadian manusia, sejatinya Al Quran 16 abad silam telah mempresentasikannya dengan sangat dan amat sempurna. Terkait demikian, di antaranya Allah SWT berfirman, artinya: “Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah. Kemudian Kami menjadikannya nutfah (sperma atau ovum) (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, nutfah itu Kami jadikan ‘alaqah (segumpal darah), lalu ‘alaqah itu Kami jadikan mudghah (segumpal daging), lalu Kami jadikan mudgah itu ‘izhama (tulang belulang), maka Kami bungkus tulang belulang itu dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik. Kemudian setelah itu, sungguh kamu pasti mati. Kemudian, sungguh kamu akan dibangkitkan pada hari Kiamat”. (QS Al Mu’minun: 12 s.d 16) [Izhar Ilyas

Selasa, 08 Maret 2011

Menyikapi Musuh

SUNGGUH bijak jika seorang kesatria berkata: “Musuh tidak dicari, namun jika bertemu tidak  dielakkan”. Terkait demikian Islam mengajarkan, bahwa dari Abdullah bin Abu Aufa r.a; Rasulullah SAW pada suatu hari menanti musuh sampai matahari condong. Kemudian beliau berdiri di hadapan orang banyak, lalu bersabda: “Wahai saudara-saudara! Janganlah mengharapkan menemui musuh, mintalah kesejahteraan kepada Allah! Tetapi kalau kamu bertemu dengan musuh, sabarlah (berhati teguh)! Ketahuilah, sesungguhnya surga itu terletak di bawah bayangan pedang”. Kemudian beliau bersabda: "Yaa Allah! Yang menurunkan kitab, Yang menjalankan awan dan mencerai-beraikan pasukan musuh! Cerai berakanlah mereka, dan tolong kami melawan mereka!”. (Hadits Shahih Bukhari: 1345) *Izhar Ilyas

Senin, 07 Maret 2011

Ketentuan Hibah

SEBAGAI individu, manusia tidak bisa lepas atau melepaskan diri dari komunitasnya. Pada konteks demikian, dalam hidup dan kehidupan berkomunitas, ada hak dan kewajiban yang melekat pada diri setiap kita, salah satu di antaranya memberi bantuan atau kemudahan atas berbagai kesulitan orang lain. Dalam Islam kewajiban itu dapat berupa zakat, infak, sadakah, wakaf, hibah dan lain sebagainya.

Terkait dengan hibah, dari Jabir bin ‘Abdullah r.a katanya: Rasulullah SAW membolehkan memberi (hibah) dengan ucapan: “Ini untuk anda dan keturunan anda, (maka pemberian itu tidak dapat diminta kembali untuk selama-lamanya). Apabila sipemberi berkata: “Ini untuk anda selama anda masih hidup”, maka harta pemberian itu kembali kepada si pemberi (bila orang yang diberi sudah wafat)”. (Hadits Shahih Muslim: 1602) *Izhar Ilyas

Minggu, 06 Maret 2011

Dinding Neraka

MENERIMA realitas kehidupan sebagai sebuah ketentuan dari Allah SWT, kemudian menjalaninya dengan penuh sabar dan tanggungjawab, adalah sebuah kebijakan yang tidak tertara bagi yang melakukannya di sisi Allah SWT. Terkait demikian, dari ‘Aisyah ra. katanya: “Seorang wanita datang kepadaku membawa dua orang anaknya, meminta makanan. Tetapi tidak ada yang didapatinya padaku ketika itu selain hanya sebuah korma. Korma itu dibaginya dua dan diberikannya kepada kedua anaknya, ia sendiri tidak memakan apa-apa. Kemudian ia berdiri dan pergi.  Setelah Nabi SAW datang, aku ceritakan hal itu kepada beliau. Lalu beliau bersabda: “Barangsiapa mendapat cobaan karena beberapa orang anak, maka semuanya itu akan menjadi dinding baginya dari api neraka”. (Hadits Shahih Bukhari: 728) *Izhar Ilyas

Jumat, 04 Maret 2011

Setan dan Pembohong

BERBOHONG atau berdusta, dimaksudkan untuk menyelamatkan atau membebaskan pelakunya dari berbagai tuduhan dan tuntutan. Sejatinya sikap demikian akan semakin lebih memperburuk citra pelaku terhadap tuduhan atau tuntutan tersebut. Sebab, untuk menutupi satu kebohongan ia terpaksa harus mempersiapkan seabrek kebohongan lain, yang tidak jarang akhirnya membuka kebohongan yang akan ditutupi itu.

Lalu untuk apa kita harus jadi pembohong, apalagi terkait demikian bukankah Allah SWT telah berfirman, artinya: “Maukah aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada setiap pendusta yang banyak berdosa. Mereka menyampaikan hasil pendengaran mereka, sedangkan kebanyakan mereka orang-orang pendusta”. (QS Asy Syu’ara’: 221 s.d 223) *Izhar Ilyas

Rabu, 02 Maret 2011

Akankah Kita Kembali

DALAM konteks keindonesiaan, kendati telah hapir 66 tahun merdeka, namun kita masih belum juga keluar dari relung-relung gelap hidup dan kehidupan ini. Rakyat dan bangsa kita, kini seperti benar-benar telah bak bunyi adagium: “Ayam bertelur di atas padi mati kelaparan, itik berenang di air mati kehausan”. Tragis dan memiriskan memang kenyataan ini.

Di sa’at merenung-pandang hamparan sawah-ladang kehidupan berbangsa yang semakin kerontang, kita tersadar bahwa rupanya di dalam Al Quran Allah SWT telah berfirman, artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yag benar)”. (QS Ar Ruum: 41) *Izhar Ilyas

Selasa, 01 Maret 2011

Neraka dan Korma

DALAM bahasa Indonesia tempat itu disebut neraka, dalam bahasa Inggris ia disebut The Hell. Dari sudut kebahasaan ia disebut dalam berbagai nama, namun satu dalam makna, yaitu tempat pembalasan atas berbagai dosa yang dilakukan manusia dalam kehidupan dunia. Begitulah, kendati demikian tidak banyak orang yang mempedulikannya.

Terkait hal di atas dari ‘Adi bin Hatim r.a bahwa Nabi SAW menyebut neraka, lalu memalingkan mukanya dan mohon belindung dari neraka. Kemudian beliau menyebut sekali lagi, lalu memalingkan mukanya dan mohon berlindung dari neraka. Kemudian beliau bersabda: “Peliharalah dirimu dari neraka, walaupun hanya dengan memberikan sebelah korma. Siapa yang tidak sanggup hendaklah dengan mengucapkan perkataan yang baik”. (Hadits Shahih Bukhari: 1764) *Izhar Ilyas