Gambar 13. Air laut Mediterania ketika memasuki Atlantik melalui selat
Jibraltar turun ke kedalaman dengan tetap membawa sifatnya yang lebih
hangat, berkadar garam lebih tinggi dan lebih pekat karena ada batas
yang membagi antara kedua lautan tersebut. Suhu dalam derajat Celsius.
(Marine Geology, Kuenen, hal. 43, dengan sedikit perubahan.)
Ilmu pengetahuan moderen telah mengungkapkan bahwa pada tempat-tempat di mana dua lautan yang berlainan bertemu
ada batas di antara keduanya. Batas ini membagi kedua lautan sehingga setiap laut memiliki
suhu, kadar garam dan kepekatan tersendiri.
Sebagai contoh, laut Mediterania memiliki air yang hangat, berkadar
garam tinggi dan lebih pekat dibandingkan dengan lautan Atlantik. Ketika
laut Mediterania memasuki Atlantik melalui selat Jibraltar, airnya
bergerak beberapa ratus kilometer ke wilayah Atlantik pada kedalaman
1000 meter dengan tetap mempertahankan sifatnya yang hangat, berkadar
garam tinggi dan lebih pekat. Pada kedalaman ini, air laut Mediterania
berada dalam keadaan stabil. Meskipun ada ombak besar, arus dan pasang
surut yang kuat, seolah-olah ada batas yang menghalangi pencampuran air
dari ke dua lautan ini (lihat gambar 13).
Al Qur'an menyebutkan bahwa ada batas antara dua lautan yang bertemu dan keduanya tidak melampaui batasan ini. Allah berfirman:
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ
بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. (Al Qur'an, Ar-Rahman (55):19-20)
...
Informasi semacam di atas baru diketahui manusia pada abad terakhir
melalui peralatan canggih untuk mengukur suhu, kadar garam, kepekatan,
kelarutan oksigen dan seterusnya. Mata manusia tak bisa melihat
perbedaan antara ke dua lautan yang bertemu. Mereka tampak sama saja.
Sumber: http://www.al-habib.info (alhabib - islamic web service)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar