Kamis, 17 Februari 2011

“Belajar Fisika Secara Islami”

Senin, 30 Agustus 2010
JURNAL Islamia-Republika, Kamis (19/8/2010) mengangkat tema menarik tentang “Bagaimana Belajar Ilmu Fisika Secara Islami”. Sebagian orang menduga bahwa ilmu alam bersifat netral agama. Siapa saja belajar fisika, beragama apa pun dia, hasilnya tetap sama. Listrik akan tetap menyala, ketika saklar dipencet. Siapa pun yang memencet, apakah dia muslim atau kafir, hasilnya tetap sama saja. Jadi, wajar jika ada yang bertanya, apa ada cara belajar Ilmu Fisika yang Islami?
Pertanyaan itulah yang dijawab Usep Muhamamd Ishad, kandidat Doktor Ilmu Fisika di ITB Bandung, yang juga peneliti INSISTS.
Dalam artikelnya, Usep menguraikan, bahwa yang sebenarnya perlu diislamkan saat belajar Ilmu Fisika adalah pikiran pelajar, mahasiswa, atau peneliti saat menghadapi fenomena alam.
Seorang Muslim melihat alam semesta ini sebagai “ayat-ayat Allah”, karena itu saat mengamati dan meneliti fenomena alam, mereka bukan saja berusaha mendapatkan temuan-temuan baru di bidang sains, tetapi juga meyakini bahwa di balik alam semesta yang begitu teratur ini ada Yang Maha Pencipta (Al-Khaliq).

PROF. Azyumardi: Pendidikan Islam di IAIN adalah “Islam Liberal”

Last Updated on Tuesday, 25 January 2011 03:25 Tuesday, 25 January 2011 03:11
Written by Adian Husaini
Azyumardi Azra [foto: republika]
“Sebagai lembaga akademik, kendati IAIN terbatas memberikan pendidikan Islam kepada mahasiswanya, tetapi Islamyang diajarkan adalah Islam yang liberal. IAIN tidak mengajarkan fanatisme mazhab atau tokoh Islam, melainkan mengkaji semua mazhab dan tokoh Islam tersebut dengan kerangka, perspektif dan metodologi modern. Untuk menunjang itu, mahasiswa IAIN pun diajak mengkaji agama-agama lain selain Islam secara fair, terbuka, dan tanpa prasangka. Ilmu perbandingan agama menjadi mata kuliah pokok mahasiswa IAIN.”
“Jika di pesantren mereka memahami dikotomi ilmu: Ilmu Islam (naqliyah dan ilmu keagamaan) dan ilmu umum (sekuler dan duniawiah), maka di IAIN merekadisadarkan bahwa hal itu tidak ada. Di IAIN mereka bisa memahami bahwa belajar sosiologi, antropologi, sejarah, psikologi, sama pentingnya dengan belajar ilmu Tafsir al-Quran. Bahkan ilmu itu bisa berguna untuk memperkaya pemahaman mereka tentang tafsir. Tetapi, IAIN tidak mengajarkan apa yang sering disebut dengan “islamisasi ilmu pengetahuan” sebab semua ilmu yang ada di dunia ini itu sama status dan arti pentingnya bagi kehidupan manusia.”

Pengaruh Teman

TEMAN, sahabat dan atau apapun sebutannya, keberadaannya sangat berarti dan penting dalam hidup dan kehidupan kita. Begitulah, tidak seorangpun kita yang tidak mempunyai teman. Ditilik dari sudut pengaruh, secara umum teman bisa membahagiakan, namun sebaliknya juga bisa menyengsarakan.

Terkait hal demikian, dari Abu Musa r.a katanya Rasulullah SAW bersabda: “Perumpamaan duduk dengan orang baik-baik dibandingkan dengan duduk bersama orang jahat, seumpama penjual kesturi dan dapur tukang besi. Engkau tidak akan lepas dari pemilik kesturi. Ada kalanya engkau membeli kesturi itu, sekurang-kurangnya mencium baunya. Sedangkan dapur tukang besi, membakar tubuhmu atau sekurang-kurangnya engkau mencium bau busuknya”. (Hadits Shahih Bukhari: 1033) *Izhar Ilyas